Dari Pelajar Menjadi Pahlawan: Meneladani Etika dan Intelektual Guru Bangsa H.O.S. Tjokroaminoto untuk Masa Depan Pelajar PERSIS

oleh Ismail Fajar Romdhon

10 November 2025 | 20:25

Dari Pelajar Menjadi Pahlawan: Meneladani Etika dan Intelektual Guru Bangsa H.O.S. Tjokroaminoto untuk Masa Depan Pelajar PERSIS

Dari Pelajar Menjadi Pahlawan: Meneladani Etika dan Intelektual Guru Bangsa H.O.S. Tjokroaminoto untuk Masa Depan Pelajar PERSIS

Oleh: Muhammad Luthfi Fathurrahman

Bid. Pendidikan dan Dakwah PP Ikatan Pelajar Persis


Pendahuluan


Diskursus mengenai historiografi kebangsaan di Indonesia senantiasa menempatkan peranan Haji Oemar Said Tjokroaminoto (H.O.S. Tjokroaminoto) sebagai figur sentral dalam genealogi pergerakan nasional. Bukan hanya sebagai pemimpin karismatik sebuah gerakan Sarekat Islam (SI), organisasi massa pribumi terbesar pada masanya, namun lebih krusial, Tjokroaminoto dikenal sebagai Guru Bangsa—seorang inkubator intelektual yang melahirkan spektrum ideologi politik pascakemerdekaan Indonesia. Peranan ini menciptakan sebuah tesis: bahwa perjuangan heroik tidak hanya diartikulasikan melalui konfrontasi fisik, melainkan melalui transfer ilmu, pembentukan karakter, dan penyemaian kesadaran politik. Sejalan dengan itu, Pelajar Persis dalam Ikatan Pelajar Persis dalam geraknya, perlu adanya kesadaran yang sama bahwa dalam membentuk sebuah karakter Rasikhuna fil ‘ilmi, perlu dihidupkannya dialektika keilmuan, penanaman nilai al-Quran dan Hadis sebagai landasan, dan penyemaian implementasi sosial berkarakter Ibaadurrahman.


Tjokroaminoto sebagai Arsitek Kesadaran Nilai


Dalam konteks sosio-politik awal abad ke-20, Tjokroaminoto muncul sebagai primus inter pares dalam panggung pergerakan nasional. Sarekat Islam (SI), di bawah kepemimpinannya sejak 1912, bertransformasi dari organisasi dagang menjadi kekuatan politik massa yang menuntut hak-hak sipil dan ekonomi bagi masyarakat pribumi dari pemerintahan kolonial Belanda (Ricklefs, 2008, hlm. 178). Kontribusi deskriptif Tjokroaminoto terletak pada kemampuan beliau mengartikulasikan isu-isu keagamaan (Islam), nasionalisme, dan sosialisme menjadi sebuah platform politik yang koheren dan mudah dipahami oleh rakyat jelata.


Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa strategi Tjokroaminoto adalah menyalurkan sentimen anti-kolonial melalui kerangka etis-religius. Pidato-pidato Tjokroaminoto kerap kali menegaskan bahwa Islam mengajarkan kesetaraan dan keadilan, sebuah antitesis langsung terhadap sistem hierarki rasial dan eksploitasi kapitalis yang dianut oleh kolonialisme. Konsep "sosialisme Islam" yang diusungnya, sebagaimana tertuang dalam karyanya Tarikh al-Tasyri' (1924), bukanlah sekadar fusi ideologis, melainkan upaya sistematis untuk membekali massa dengan landasan spiritual sekaligus teoretis dalam melawan penindasan. Semangat heroik ini, bisa menjadi acuan pelajar modern, bahwa jika disadari kolonialisme masih hidup saat ini, bukan terlihat secara fisik, namun terasa untuk orang-orang tanpa pikir. Pelajar Persis sekurang-kurangnya harus mampu melihat dan peka akan fenomena kolonialisme yang masih dirawat dalam pikiran-pikiran bangsa, dalam Pendidikan khususnya. Kritik akan sistem, budaya, dan nilai Pendidikan yang harusnya mencerdaskan kehidupan bangsa, jangan sampai lenyap dengan narasi bahwa Pendidikan adalah mesin pencetak para pekerja. Itu semua akan terjadi jika Pelajar dan Masyarakat paham akan nilai.

Intelektual Rumah Tangga dan Etika Guru Bangsa


Puncak dari peranan Tjokroaminoto sebagai pahlawan intelektual terekspresi melalui perannya sebagai mentor. Rumah Tjokroaminoto di Gang Peneleh, Surabaya, dapat dianalogikan sebagai madrasah, tempat para calon pemimpin bangsa mendapatkan pendidikan informal yang mendalam. (Poesponegoro & Notosusanto, 2011, hlm. 202). Ikatan Pelajar Persis, tidak semerta hadir di ruang-ruang kelas, namun lebih luas dari itu, harus mampu menjadi Madrasah bagi kader-kader pelajar yang memiliki semangat Rasikh, semangat yang disebut dua kali dalam al-Quran. Juga bagi pelajar, melihat contoh idealisme daripada murid Tjokroaminoto yang satu sama lain memiliki ciri khas, hal itu pula yang perlu di lihat bahwa, perbedaan dapat memberikan keluasan pikiran, menekan ego, dan melapangkan hati, bahwa ilmu Allah sangat luas. Hal itu tidaklah terjadi apabila tanpa kesadaran etika.


Relevansi Keteladanan Tjokroaminoto bagi Pelajar Kontemporer


Warisan Tjokroaminoto menawarkan tiga pilar keteladanan yang esensial bagi kaum pelajar dan di era modern: Integritas Intelektual, Aktivisme Berbasis Etika, dan Ketahanan Ideologis.


  1. Integritas Intelektual: Pelajar  dapat meneladani keuletan Tjokroaminoto dalam membaca dan memahami teori-teori global (seperti sosialisme) kemudian mengkontekstualisasikannya dengan realitas lokal (Islam dan ke-Indonesia-an). Pelajar harus didorong untuk menjadi subjek aktif yang mampu mencerna pengetahuan, bukan sekadar objek pasif yang menerima kurikulum.
  2. Aktivisme Berbasis Etika: Keteladanan Tjokroaminoto menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya tentang mengubah sesuatu, melainkan tentang membangun fondasi moral. Aktivisme pelajar, dalam bentuknya yang kontemporer, harus berakar pada nilai-nilai etis, menjauhkan diri dari pragmatisme pikiran sempit, dan berfokus pada ketajaman nalar dibarengi kehalusan etika. (Satriyo & Wibowo, 2018).
  3. Ketahanan Ideologis: Lingkungan yang diciptakan Tjokroaminoto membuktikan bahwa pelajar harus mampu menghadapi perbedaan idealisme secara konstruktif. Di tengah fragmentasi sosial dan polarisasi ideologi saat ini, keteladanan Tjokroaminoto mengajarkan perlunya unity in diversity dalam ruang diskursus akademik. Pelajar tidak hanya harus pandai berdebat, tetapi juga harus bijak dalam menyerap dan menguji berbagai gagasan secara adil dan terbuka.



Daftar Pustaka


Darmokusumo, A. (2020). Pedagogi Politik Tjokroaminoto: Membangun Bangsa Melalui Diskursus. Jakarta: Penerbit Nusa Bangsa.


Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2011). Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.


Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200 (4th ed.). Stanford: Stanford University Press.


Satriyo, H., & Wibowo, R. (2018). Kepemimpinan Etis Tjokroaminoto dalam Bingkai Sarekat Islam. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 12(1), 45-60.


Tjokroaminoto, H. O. S. (1924). Tarikh al-Tasyri’ atau Sedjarah Oendang-Oendang Agama Islam. Semarang: Toko Boekoe Oetama.




BACA JUGA:

PD IPP Kota Tasikmalaya Gelar INSAN: Tekankan Urgensi Berjamaah di Era Digital