Menag Paparkan Potensi Besar Ekonomi Umat Islam Indonesia
Jakarta, persis.or.id — Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar, mengajak pimpinan ormas Islam dan umat untuk serius mengelola potensi ekonomi umat Islam Indonesia yang sangat besar namun belum termanfaatkan secara optimal. Dalam pertemuan dengan para tokoh ormas Islam, Menag menyoroti masalah pengelolaan zakat, wakaf, dan dana sosial keagamaan umat yang tidak terorganisir dengan baik sehingga dampaknya terhadap pemberdayaan umat menjadi minim.
Prof Nasaruddin menjelaskan bahwa dana zakat, infaq, wakaf, dan dana lainnya di Indonesia mencapai triliunan rupiah, namun penerimaan resmi dan pengelolaan oleh lembaga seperti Baznas masih sangat jauh dari potensi sebenarnya. "Kalau orang ber-KTP Islam, dia menyimpan dananya dalam bentuk surat berharga, deposito, dan tabungan, mereka semua harus bayar zakat. Kumpulan zakat di Indonesia bisa mencapai 230 triliun," katanya dalam pertemuan dengan pimpinan ormas Islam di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (19/9/2025).
Menag mengusulkan pembentukan Lembaga Pemberdayaan Dana Umat (LPDU) yang nantinya akan mengelola seluruh dana umat secara terintegrasi, dengan pengawasan seperti OJK, untuk memastikan dana umat bisa berdaya guna secara maksimal. "Kami sudah menyiapkan rencana gedung LPDU setinggi 40 lantai di kawasan Hotel Indonesia, di mana Baznas, Badan Wakaf Indonesia, Badan Haji, dan lembaga keagamaan lain akan berkolaborasi," jelasnya.
Selain zakat dan wakaf, Prof Nasaruddin juga menyinggung potensi ekonomi besar lain dari pengelolaan ibadah seperti kurban, akikah, nazar, luqathah, kafarat, dan pembayaran fidyah oleh umat Islam. Ia menekankan bahwa pengelolaan yang terpusat dan transparan dapat meningkatkan dampak positif untuk pengentasan kemiskinan umat. "Kalau ormas Islam bisa bekerjasama mengorganisir ini, tidak akan ada lagi umat miskin di Indonesia," ujarnya.
Menag juga mengingatkan perlunya konsolidasi dan efisiensi dalam penggunaan teknologi digital untuk komunikasi dan pemberdayaan umat. Ia mendorong pengurangan jumlah grup WhatsApp yang tidak produktif dan pengaktifan 'fighting elektronik' sebagai upaya melawan informasi negatif.
Dalam pandangan geopolitik, Prof Nasaruddin menilai Indonesia memiliki potensi sebagai pusat peradaban Islam modern di masa depan dengan populasi terbesar, stabilitas politik dan ekonomi, serta kemajuan intelektual dan teknologi. Ia mengingatkan bahwa tantangan global dan politik terkait negara-negara Islam lainnya memperkuat pentingnya pemberdayaan ekonomi umat Islam Indonesia.
Ia menambahkan bahwa peran ormas Islam sangat vital dalam penguatan ekonomi umat dan mengajak semua pihak meningkatkan literasi kesadaran ekonomi Islam secara menyeluruh. "Kekuatan umat ini tidak hanya dari segi jumlah pengikut, tapi dari kekuatan ekonomi dan politiknya," tegas Menag.
BACA JUGA:PP PERSIS Tekankan Pentingnya Sinergi Umat dalam Silaturahmi dengan Menag